Tuesday, January 03, 2006

Call Me Superstitious

25 Desember 2005
Suatu hari di tanggal 25 Desember 2005, seperti biasa, saya mengoleksi SMS Natal dari handai taulan dan teman-teman sepelacuran. Agak sedikit was-was, karena sebenernya ada satu SMS yang bener-bener saya tunggu. Khusus buat makhluk ini, saya memang menge-set harga diri agak sedikit tinggi hari ini.

Detik berganti menit, menit berganti jam. Harga diri mulai terusik, dan terlintas pikiran untuk agak banting harga. Tapi sebagai seorang perfeksionis, semuanya harus direncanakan dengan amat sangat matang. Akhirnya saya memutuskan berkonsultasi dengan mojang M, yang kebetulan berzodiak sama dengan bajingan satu itu. Jempol pun mulai dikerahkan untuk mengetik SMS-SMS.

Sebut saja makhluk itu berzodiak X.

Saya : 'What will I get if I confront a(n) X?'
Mojang M : 'Eternal hell.'
Saya : 'Seriously? Then how should I tell a(n) X bitch what I think, if I can't do it nicely either?'
Mojang M : 'You have to be REALLY sure before confronting a(n) X. Pack up some evidence to support your case. Even so, it's hell o hell. Your call.'
Saya : 'The package is ready. It's more than enuff. I just haven't made my appointment with hell. Maybe tonite. If this bitch doesn't text me any greetings. Any tips?'
Mojang M : 'First tip: never curse those you secretly long to have. It's bad taste and will only drive her -or is it him?- further from your reach. Second tip...'


Dan pembicaraan pun berhenti di situ, meninggalkan saya dalam posisi mati gaya.

26 Desember 2005
Saya memutuskan untuk ngasih sedikit tenggat waktu buat bajingan berzodiak X ini. Hari ini harga diri tetep disetel tinggi, meskipun di bawah standar hari sebelumnya. Untuk menghindari penantian yang sangat panjang, akhirnya saya menyibukkan diri dalam pelacuran bersama gadis IR. Singkat cerita, kita pun terdampar di QB Plaza Semanggi. Nggak tau kenapa, satu buku tentang zodiak seperti minta dibaca sama saya. Dan sampailah saya di halaman zodiak X.

"If a(n) X ask your opinion, he or she's already made up his or her mind. They are good listeners, though they are not actually hearing what you're saying. If you find yourself in a psychological headlock, always take the blame. 'You're right, I'm sorry' always works...."

Sh*t.
That explains all the 'sorry' initiative I had taken all this time. Call me superstitious.

Akhirnya saya memutuskan untuk tidak memberi tenggat waktu lebih dari jam 12 malem hari itu. Saya pun mulai menyiapkan plan B berupa SMS inisiatif untuk membuka jalan, lengkap dengan uneg-uneg yang rasanya perlu ditumpahkan. Sisa hari itu saya habiskan dengan kesibukan-kesibukan nggak penting : nonton DVD yang udah pernah ditonton.

27 Desember, 15 menit lewat dari jam 12 malem.
1 message received.
Belated greetings from that bit*h.
Sial, kalo udah gini saya yang mati langkah, dan memberi kesempatan lagi untuk mengerti dia.

2 Comments:

At 9:48 AM, Anonymous Anonymous said...

who is the initial 'x' bitch,co ? she or he ? crita doong....

nadiasaraswati@yahoo.com

 
At 3:37 PM, Blogger onema said...

jelek templatenya dari Hamma

 

Post a Comment

<< Home