Friday, January 14, 2005

...belum ada judul

[WARNING :
Tulisan ini dibuat dengan niat serius dan konsentrasi tinggi, jadi maap ya WET, kalo nggak ada lucu-lucunya]


[Place : Gélato, Darmawangsa Square]
Time & date : 10 pm, Desember 23rd 2004

A, perempuan, 24 tahun
Target menikah dulu : “24 atau 25”
Target menikah kini : “...harus ya? 27 atau 28 deh...”



Akhirnya, kesampaian juga buat ngobrol berdua sama si A.
Kalo dulu di Bandung sambil ngerokok di balkon kantor, sekarang sambil makan es krim [kayanya bergaul sama dia nggak ada sehat-sehatnya ya??]
Dan, seperti biasa, malam semakin panas dengan munculnya topik-topik tak terduga...

“Jadi kalo menurut gue, nikah itu nggak cukup modalnya cinta doang. Yang paling penting itu sejauh mana kita bisa toleransi sama kebiasaan orang itu. Cinta itu bakal abis. Jadi kalo modal elo cuman cinta doang, pas cinta itu udah abis, ya udah, nggak bisa ngapa-ngapain lagi” [edited version]

A adalah orang yang pertama kali memperkenalkan saya dengan teori cinta baru: “Love will only last for 7 years”. [buat yang nggak ngerti Inggris : cinta cuman bertahan selama 7 tahun]
Artinya, lebih dari itu yang ada cuman kebiasaan, bukan cinta. Jadi, setelah 7 tahun, kita menikmati keberadaan kita sama pasangan cuman karena kita terbiasa bangun pagi sama dia, berangkat kantor sama dia, makan malem bareng dia, bobo sama dia. Bukan lagi karena cinta...

Makanya, sadar atau nggak, sekarang kriteria kita milih pasangan berubah. Mungkin cinta cuman sepersekiannya aja. Selebihnya adalah toleransi, dan bisa-nggaknya kita ngeliat masa depan kita sama dia.
Dan mungkin itu juga sebabnya banyak yang mempercepat rencana pernikahan atau sebaliknya, justru menunda.


In the end it depends on your perspective about marriage.

[suddenly feels like Ms. Bradshaw, having my own column about love and relationship]
* * *

[Place : Home]
Time & date : 9 pm, January 5th 2005


KRIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINGGG!

“Halo Marco-nya ada?”
“Siapa nih?”
“D”

D, laki-laki, 24 tahun
Target menikah dulu : “ntar deh, 5 tahun lagi” [pas putus tahun 2001]
Target menikah kini : “5 Februari 2005”


...
“HAAAAAAAAH? 5 Februari? It’s like one month from now?! Are you serious?”
“Lho, iya. Emangnya kenapa?”
“Gue kira masih bulan Maret atau April!”
“Yaa...menurut itung-itungan Jawa, ternyata tanggal segitu yang bagus.”
“Waw...you’re going to be a husband within a month... Gue nggak nyangka elo bakal kawin secepet ini...”
...

NOPE, bukan kecelakaan (if that ever crossed your mind).
It’s all been planned for about a year, which still shocked me at that time, because I thought I saw him as a player.
I used to think that he might take a while to find ‘the one’ he’s spending his life with. In addition, I thought he was the kinda guy who will consentrate on his career for over 5 years, have fun in his life, and then settle down by the age of 30.

D pernah bilang sama saya, usia pacaran yang siap dibawa ke pernikahan adalah di bawah 3 tahun, atau sekalian di atas 7 tahun.
Sekarang, setelah hampir 2 tahun pacaran, per 5 Februari nanti statusnya di KTP akan berubah jadi: M-E-N-I-K-A-H.

Guess he’s keeping his word.
* * *
[Place : Kedai Tiga Nyonya, Tebet Square]
Time & date : lunch break, January 12th 2005


Hari itu saya mau aja diajakin ketemu sama 2 temen saya untuk makan siang... Bukan karena salah satu dari mereka, Ad, baru dateng dari luar negeri, tapi karena diiming-imingi berita-berita terbaru seputar temen-temen kuliah... [makin berasa seperti ibu-ibu arisan...]

So, there we were, catching things up each other.
Sibuk mikirin siapa aja yang mau dateng ke kawinan D tanggal 5 nanti...

“Duuuuh, gue dateng sama siapa yaaa?”

[masih goblog...maklum, susah nangkep hal-hal yang implisit]
“Lhoooo, gimana sih Ad, ya ajak pacar elo lah!”
[sampai akhirnya selama kurang dari 1 jam dia ngulang kalimat itu 3 kali, dengan nada yang kurang lebih sama, tapi tentunya dengan pengharapan dan penekanan berbeda...]
“Duuuuuuuuuh, gue dateng sama siapa yaaaaa?”
“Hehhhh, jangan bilang elo udah putus ya!?!”

Ad, perempuan, 24 tahun, lagi liburan dari studinya 2 tahun di luar negeri
Status Friendster per 1 Jan 2005 : In A Relationship, up to 6 years running

Status Friendster per 8 Jan 2005 : Single

“Kok bisa sih? Padahal semua pikir kalian bakal nikah duluan!!”
“Yaaaaah, ternyata... nggak cocok...”
“...see, I knew it. Long distance relationship will never work!!”


6 tahun, dan baru merasa nggak cocok?
Waw, then it made think. Berapa lama sih waktu yang dibutuhin untuk merasa bahwa orang yang kita pacarin adalah ‘the one’ yang kita tunggu selama ini?
Apa mesti nunggu sampai cinta itu berubah dan nyaru sama kebiasaan?
Well, keliatannya yang diusahakan menjadi kebiasaan pun belum tentu berakhir bahagia...


...
“Ya udaaah, dateng ama Dk aja, paling dia dateng juga dari Bandung. Eh, tapi kan Dk pasti dateng sama pacarnya juga ya?”
“Hah, siapa bilang?”
“Bohong lo! Jangan bilang dia juga putus sama tunangannya!?!”
...

Dk, perempuan, 24 tahun, hampir selesai studi Master-nya
Status per 2004 : Tunangan, menikah SEGERA abis S-2 selesai
Status per 2005 : Back For Grab



This is insane.
Saya pernah berpikir kalo orang biasa yang tunangan, pasti akan lanjut ke pernikahan (count celebrities out). Tapi... NGGAK TUUUUUUUUH!
Status tunangan yang saya pikir adalah kesempatan bagus untuk lebih mengenal dan membiasakan diri untuk ‘mengubah’ cinta jadi kebiasaan, ternyata tetep bisa gagal.




So, before I wrap it all up, let’s find some morals of the stories...
FIRST, do you still have faith in love? Ask yourself carefully, then you might find your answer.
Bukannya mau nakut-nakutin, cuman mau ngajak mikir aja sebelum bener2 mengakui siap dibuahi ataupun membuahi...

SECOND, never –I repeat, NEVER– accept lunch invitation with long-time-no-see friends. The news you’re about to catch up could be very shocking and dangerous for your own health.

[POST-PUBLISHED NOTES :
Tulisan ini diangkat dari kisah nyata dan dibuat dalam keadaan sadar untuk tujuan yang baik, tanpa bermaksud memojokkan pihak-pihak tertentu.
Tiada gading yang tak retak, jadi kalo ada yang merasa tersilet dengan tulisan ini...punten pisan nya’]


0 Comments:

Post a Comment

<< Home