Babies, Pt.1
Sekarang saya punya rutinitas baru yang menyenangkan sekitar jam 4 sampai 5 sore.
Yesss, I’m currently not working, if that’s what you’re thinking. Not yet, bastard. My next project will start on February 13th, got it?
Anyway, bukan itu juga deh yang mau saya cerita.
Kesibukan baru saya saban sore adalah menunggu babu-babu lewat. Tentu bukan untuk dikecengi ya, saya belum se-desperate itu. Yang saya tunggu adalah barang-barang bawaan wajib mereka: balita majikannya. Yessss, I have reached the addicted-to-babies age!!
Well, sebagaimana tercantum dalam pasal 13 ayat 5 daftar kerjaan pembantu Indonesia, mereka pun memamerkan bayi-bayi lucu keliling kompleks, masing-masing dengan tatapan ‘liat-dong-lucuan-bayi-gue-kemana-mana’.
Dari percaturan dunia balita yang ada di kompleks, saya punya 2 jagoan. Yang pertama namanya Alfad (laki-laki, 2tahun). Atau Alfat. Whateverrr. Nggak tau juga kependekan dari apaan. Satu lagi panggilannya Muti (perempuan, 1tahun 2bulan). Mereka berdua sepupuan, benih cinta kasih suci (halah!) dari tetangga sebelah yang notabene adalah temen-temen main saya waktu kecil. Buat saya, mereka berdua adalah balita-balita paling lucu sedunia. Paling nggak untuk saat ini mereka masih memimpin klasemen sementara karena mereka bisa membangkitkan naluri kebapakan saya yang selama ini sedang asik-asik hibernasi. Selain itu, sejauh ini cuman mereka yang bisa bikin saya berlari-lari riang ke luar rumah di sore hari. Selain tukang siomay tentunya.
Termasuk di suatu Jumat sore yang cerah ceria.
Matahari lagi lumayan bersahabat sore itu, mungkin dalam rangka memperbaiki imejnya di mata manusia, mengingat belakangan ini dia mulai dibenci orang Jakarta gara-gara jarang muncul. Waktu yang sangat pas buat para babushka untuk menancapkan taji dan memantapkan posisi mereka di kompleks, mumpung majikannya belum pada pulang kerja.
Waktu itu saya lagi dalam posisi terenak di sofa, menikmati pertarungan tenis tak seimbang antara Daniela Hantuchova melawan Serena Williams. Tak seimbang karena yang satu kecil cantik, satunya lagi besar dan mengerikan. Untungnya pertandingan berakhir manis sesuai dongeng-dongeng Oma masa kecil, dimana monster selalu kalah.
Anyway.
Ketika haha-hihi para babushka mulai terdengar, saya pun celingak celinguk mencari dua makhluk kecil lucu itu. Kalau kira-kira suara mereka juga udah mulai kedengeran, biasanya saya langsung membuka pintu rumah tiba-tiba, mengambil posisi cilukba dengan harapan diliat dan bikin mereka ketawa. Perlu dicatat, target utama cilukba ini tetep dua makhluk yang jadi topik ya, bukan para pembantu.
Tapi sore ini tidak ada permainan cilukba. Saya punya misi yang lebih penting : memotret dua balita itu. Dengan berbekal kamera berisi sisa film (mohon maaf sebesar-besarnya, untuk teknologi ini saya belum menginjak ke era digital, masih bahagia di tahap pra-sejarah), saya berpikir keras, mencari cara paling halal untuk mengabadikan mereka. Masalahnya, nggak semua balita gampang dibujuk buat difoto. Ya gampang kalau falsafah banci tampil sudah mengalir di darah mereka. Kalo enggak?
Itulah yang terjadi dengan Alfad. Atau Alfat. Whatever.
Dia susssssssah banget dipanggil baik-baik buat difoto sebentar. Kalau pun mendekat, dia ngumpet di balik kaca spion mobil-mobilannya. Nggak mungkin kan saya ngejar-ngejar keliling kompleks? Bisa jatuh imej ini di mata para pembantu… Beda sama Muti yang –mungkin emang karena masih lugu-lugu bodoh– bisa duduk anteng dan tersenyum sambil meneteskan iler waktu ditodong pake kamera.
Saya nggak akan berhenti sebelum berhasil motret yang satunya.
Akhirnya saya nongkrong di posisi yang nggak jauh dari tempat mangkal d’babus, memutar otak sambil berharap dengan sangat agar tidak ada penghuni kompleks yang lewat dalam 30 menit ke depan. Bisa gawat kalo saya dikira jongos atau supir atau lebih parah tukang bangunan setempat yang kerjaannya ngerusak babu orang.
Tiba-tiba dari arah yang berbeda terdengar antusiasme dalam nada sopran.
“CANGGIIIHHHHHHH BOOOOOO!!!!”
Saya nengok.
Ternyata di ujung jalan pembantu saya lagi pamer ringtones polyphonic dari ponsel barunya ke kolega-koleganya, yang tentunya diiringi pekik kagum seperti di atas. Sumpah saya nggak bohong, kalimatnya persisssssss kayak gitu. Makanya saya sampai nengok buat nyari sumber suara, yang tentunya berlanjut dengan penyesalan tiada guna.
Anyway.
Saya pun memutuskan untuk tidak berlama-lama di sana, sebelum muncul gosip tak sedap yang bisa membuat saya diadili satu keluarga. Saya kembali ke misi semula dan memilih metode gerilya untuk mengabadikan sisa 1 bocah lagi.
CEKRÉK!!
Yess! Setelah menunjukkan mimik muka ‘weeek-gue-menang’ ke Alfad, saya pun kembali masuk rumah dan menutup hari dengan penuh kepuasan.
[Notes:
Berhubung rol film yang ada di kamera belum habis, dengan sangat menyesal saya belum bisa menghadirkan foto dua spesies lucu itu. Jadi, jikalau ada yang penasaran, mohon bersabar ya. Tunggu kelanjutan cerita berikutnya…]
6 Comments:
huwaduhhh ... babushka-babushka ityuuuu ....
duhh .. saya juga lohhh, lately kalo liyat anak2 kecil udah mulei gemes2 gituh. Tapi kalo udah mulei tereak2 ... maaf ... saya masi belum sanggup hahahahahha
>> bikin saya berlari-lari riang ke luar rumah di sore hari >> Haduh Co, geli-geli jijik gitu deh bayanginnya.. :P
Btw, kalo ntar gw punya anak, lo mau jadi babysitternya gak? Yah..lumayan kan, tingkatannya di atas babushka.. And you get to wear those cute white uniforms..!! Yaayy..!!!
;)
bwahahahah ... duh duh untuk adek gue udah nikah, punya anak, dan alhamdulillah cakep lucu pula anaknya .. jadi gue nggak perlu mengalamin ritual-lari-lari-kecil-bahagia-ke-halaman yaaaaa bweheheh .. gue bayangin lo berlari sebegitu lucu banget pastinya huhuhhu hahahaha hihihih
siaaaal...terkutuk kalian semua :))
eh agusitem, gue nyaris masuk kantor lo gitu! lo sekantor sama indra kan? dia sempet nawarin gue gantiin dia buat jadi produser acara tvri itu. apa kabarnya dirimu nak?
marco.............
salam buat si tukang siomay itu yah :)
Laen kali kalo mo foto si cute Alfat or Alfad whatever itu, biar gampang tu spesies biar di gendongin sama the babushka... trus di bingkaiken kasih foot note : "future family" hehehehe
salam kenal...
Post a Comment
<< Home