Tuesday, November 22, 2005

Disastrous Nomat

Christ, I just had a disastrous Nomat yesterday.
Disastrous bin Hideous.


Dimulai dengan adegan membuka jendela di pagi hari untuk menyongsong sinar mentari pagi, sembari meneriakkan 'Selamat Pagi Dunia!'
...
Nggak segitunya juga sih. Seperti biasa, hiperbola selalu lebih menarik...
Anyway.
Rencananya emang sempurna : melewatkan hari paling menyebalkan sedunia dengan 2 film : Belahan Jiwa di siang hari dan Harry Potter di malam hari. Okeeeee, pilihan pertama mungkin bisa dibilang sangat hina, aib dan memalukan... Tapi sumpah demi Allah (baca:auloh), ini buat menuntaskan rasa penasaran saya: film kayak apa sih yang bisa menyatukan 5 aktris yang (bisa dibilang lumayan) penting.


Well, komentar filmnya nanti ya.
Proses mendapatkan kursinya lebih menarik buat diceritakan. Lebih mengerikan tepatnya.

Dimulai dengan keputusan untuk nonton film pertama di Blok M Plasa.
Keputusan yang sanggggggggggggggaaaaatttttt salahhhh dan pantas untuk disesali untuk sebuah hari Senin, di jam pulang sekolah. Hasilnya, saya terjebak di antara banci-banci yang doyan melirik atau gerombolan anak-tanggung-bau-keringet-dan-matahari-dengan-badge-OSIS-warna-kuning!!!! Bukan cokelat, bukan merah, tapi KUNING!! Bahkan tete'nya (maaf) pun masih dalam tahap pertumbuhaaaannn!?!!
YA ALLAH!!!!
(baca:auloh, dibaca sambil menengadahkan dua tangan ke atas)
Mendadak saya ngerasa lagi bulan puasa, dimana kesabaran untuk tidak menghujat atau mencela sangat diuji... Sampai akhirnya saya nguping pembicaraan sepasang anak-tanggung-dandan-yang-ternyata-lagi-dalam-tahap-PeDeKaTe.

Laki tanggung : "lo mesti pulang jam brapa?"
Pereu tanggung : "mmm...sore gakpapa kok."
BO? Jam pulangnya sore?? Sore as in 'afternoon'???
Laki tanggung : "tapi kan filmnya mulainya udah jam 4!"
Pereu tanggung : "oh. brarti selesenya jam 6 ya? gimana ya?"

Saat itu lah saya mengambil keputusan paling cerdas dalam hidup saya : PINDAH BIOSKOP!
Bukannya sombong yaaa... tapi rasanya saya nggak akan tahan ngantri lebih lama disitu, apalagi mesti berbagi bioskop sama gerombolan anak tanggung yang mungkin bakal tepuk tangan girang atau nangis jejeritan kalo Dian Sastro ciuman. Saya nggak mau diciduk polisi gara-gara nabokin lalat-lalat ganggu itu satu-satu...

Bioskop kedua yang dituju adalah Wijaya.
Keputusan yang mungkiiiiiiiiiin salah juga untuk sebuah hari Senin, meskipun nggak separah Blok M. Bedanya, bioskop ini diisi dengan brondong-brondong berbadge cokelat yang sok asik, dengan payudara yang sudah mencapai bentuk maksimal, tapi kelakuan tetep minus. Terbukti dari bejibunnya potongan rambut laki Jepang (gondrong-siomay-di bagian belakang-dengan-semprotan-spray-berlebih) ala Firman sejauh mata memandang.

I'm thinking about changing my hairdresser...

Anyway. Alhamdulillah saya nggak harus denger pembicaraan seputar jam pulang yang mengerikan seperti di Blok M. Sayangnya, pas di WC, dua brondong laki bodoh terlibat pembicaraan yang dengan sangat terpaksa harus saya denger.

Bodoh 1 : "Oi, keterima di mana lo sekarang?"
Bodoh 2 : "Binus."
Bodoh 1 : "Oh. Itu Moestopo ya?"

Saya hanya bisa mengurut penis (maaf bukan dada. Soalnya waktu itu kebetulan pas lagi di urinoir), dan menunggu pintu studio Belahan Jiwa dibuka sembari melihat bubaran jam sebelumnya yang seperti rombongan karyawisata, saking banyaknya seragam putih dekil berbadge cokelat.


Pengalaman mengerikan di dua bioskop itu menimbulkan satu pertanyaan mengganggu di kepala saya :
"Waktu SMP dan SMA, kita juga dianggep ganggu gak ya sama orang dewasa?"


Anyway.
Ternyata filmnya... mmm... gimana ya. YGD, Yaaaa Gitu Deeeeh.
Saya cuman bisa angkat topi buat Dinna Olivia yang mendadak jadi Betawi ganggu yang suka pantun, Rachel Maryam yang maniak darah, Bertha yang ternyata lebih cocok jadi ibu-ibu Batak ketimbang guru nyanyi, dan Ria Irawan yang pollll jadi Lutfiah Sungkar lengkap dengan petuah religiusnya.
Selebihnya, saya amat sangat terganggu dengan akting Alexander blablabla. Catat : teramat amat sangat. Dia membuat tokoh utama laki-laki di film ini jadi tampak idiot seperti Forrest Gump. Mimiknya udah nggak bisa ditolong lagi, terlalu berlebihan dan mengerikan di saat senyum.
Whyyyyyy...oh, whyyyyy?
Poor him. Di saat Nicholas Saputra atau Rizky Hanggono menuai pujian di film-film pertama mereka, dia mungkin mesti mikir 1000 kali sebelum main film lagi.
Sekarang ceritanya.
Sebenernya sih, ide ceritanya tidak biasa, apalagi untuk film Indonesia. TAPI, film ini muncul di saat hal yang tidak biasa ini tidak lagi tidak biasa, di saat udah banyak novel dan film Barat yang ngangkat ide ini. Get the point, beib?


Mending nonton sendiri deh.
Buat para perempuan lajang yang mendambakan orgasme selama nonton film ini, jangan terlalu berharap. Para pecinta Dian Sastro juga jangan terlalu mendambakan ada adegan dia ciuman lagi. Nope. Mungkin dia juga takut ngeliat mimik si Alexander blablabla.
Lagian, terakhirnya si Dian Sastro gantung diri...
[ Maaf ya :) ]

Monday, November 14, 2005

Fashion Police

Setting : ruang kuliah yang membosankan
Waktu : seminggu sesudah Lebaran
Kasus :
Jarak tidak menghalangi 2 'banci' yang berusaha menjadi Fashion Police. SMS-SMS tak penting pun terjadi.


'Banci' 1 :
"Kamu pake nggak masuk sih. Kamu nggak liat deh Tante A pake baju bunga-bunga" (tante A refers to laki-laki -red)
'Banci' 2 :
"Abis halal bihalal kaliii..Emang jenis bunganya apa, warnanya apa?"

'Banci' 1 :
"Gak tau. Dari jauh sih seperti anggrek biru. Atau kembang sepatu biru."
'Banci' 2 :
"Mungkin temanya hari ini bunga. Besok kita temanya Tutti Fruti ya. Aku besok temanya nenas ya."
'Banci' 1 :
"Aku buah dada ya. Tetikadinya lagi ranum-ranumnya nih."
'Banci' 2 :
"U're back. Jadi tak sabar ingin cepat bersua."

Monday, November 07, 2005

Ritual Tragedi Lebaran

Saya kurus,
Saya bau,
Saya hitam,
Kantong mata saya gede, kurang tidur...
Tulang-tulang saya remuk,
Tangan saya nggak sehalus dulu lagi...


...

Nggak deng.
Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada menghiperbolakan penderitaan, untuk mendapatkan simpati. Tentu kenyataannya nggak sebusuk itu.
Hey, at least 5% of it is true. Well, what really happened is :

Saya sedikiiiiiiiiiiiiit mengurus.
Kurus? Gila apa? Saya nggak mungkin kurus. Ideal sih mungkin, tapi itu dulu, waktu saya dengan rajin lari+ push up-sit up 100 kali setiap hari. Eitss, tenangggg... bukan atas nama kesadaran, tapi atas perintah ospek.
Yang terjadi adalah saya hanya sedikiiiiiiiit mengurus. Kali ini atas nama pekerjaan rumah tangga. Let's see : nyapu-ngepel, cuci mobil, cuci piring, siram tanaman.
Nggg... udah ya, itu aja?
Well, at least saya cuman menghilangkan kata 'sedikiiiiiiiiit' (dengan banyak 'i') di awal posting. Doesn't make any difference rite?

Saya lagi sering berkeringat.
BUKAN bau ya. BUKAN juga bau matahari. Enak aja.
Marco bau? Yea rite. Tanyakan pada teman-temanku : kapannnn? kapannnnn?? Yang bener adalah saya lagi sering berkeringat, kembali atas nama pekerjaan rumah tangga. Definitely in a sexy way, persis seperti yang digunjingkan perempuan-perempuan kalo ngeliat laki-laki ganteng berkeringat di gym.
Again, saya hanya mengganti kata frase 'lagi sering berkeringat' dengan kata yang lebih singkat. Lebih mengundang simpati tokh?

Saya mulai berwarna.
BUKAN hitam lho ya, bukan hitam. Saya nggak mungkin hitam. Nggak bisa, tepatnya. Pengalaman membuktikan, berjemur di Bali bikin saya jadi seperti kepiting rebus ketimbang eksotis.
Yang terjadi adalah, sekarang saya lagi sedikit bersahabat dengan matahari. Cuma dia yang setia menemani sepanjang perjalanan beli sate buat makan siang ke depan kompleks. Mungkin tidak eksotis, tapi cukup bisa dibedakan dari warna hati yang (katanya) kembali putih bersih di hari yang Fitri.

Kantong mata saya gede, kurang tidur...
Oh, kalo yang ini sih bener. Sumpah, 100% bener!
Tapi yang ini atas nama kesadaran pribadi dan kebahagiaan duniawi. Being a couch potato. Ain't it fun? Boleh dong ah nambah-nambah dikit di daftar.

Tulang-tulang saya sedang aktif bergerak
Nggak, nggak sampai remuk. Yaah mungkin rematik di sana sini gara-gara aktivitas rumah tangga itu tadi. Barangkali juga sedikit berbunyi kalo saya bergerak-gerak, tapi masih on beat kok. Lumayan berirama. Nggak malu-maluin lah.
Tenang, saya masih belum sesial Quasimodo.

Sirkulasi darah di tangan saya sedang lancar-lancarnya
Yaaah, emang sih, nyapu tiap hari-cuci piring-cuci mobil-ngepel agak sedikit mengubah tekstur permukaan kulit tangan saya. Tapi bukan berarti kasar seperti tangan pembantu yaaa... Kasar-terawat laki gitu lah (Halah)



Hmph...
All these facts lead to a very very very serious question:
WHERE HAVE ALL THE BABUS GONE?!????



Eh, beneran.
Pembantu saya nggak balik, tentunya dengan seratus-ribu-juta alesan yang mengarah ke kebohongan. Well, I need a new one. Ada yang mau nawarin? Atau mungkin berminat?