Sunday, December 26, 2004

..more of judging people by it's cover

Keliatannya masalah menilai orang dari penampilan itu emang gampang-gampang susah... Makanya TAMPIL!! Therefore, you won’t be misjudged by anyone.

Tapi tetep aja,
saya dinilai beda-beda, di tempat yang beda-beda juga.


“Makasih Oooooom”
(ucapan menyakitkan dari tukang ngamen atau polisi cepé yang baru saya kasih duit... makanya sekarang saya mulai males ngasih duit...)

...di lain kesempatan,
“Mau pake bon Pak?”
(ucapan tukang pompa bensin waktu saya lagi isi bensin dalam keadaan tampil seadanya... kurrrrrrrrrang ajjjjarrrrr!!! bikin saya pengen ngajak dia ngaca bareng...)


sigh

Tapi serba salah juga sih.
Nggak gampang nilai orang dari penampilan. Good hearted people aren’t always in good packages. Temen saya yang kerja di satu bank asing bilang, Vice President di kantornya aja naik motor biasa, yang mungkin bisa saya maki-maki “...dasar tukang ojek!!” kalo kebetulan nyalip mobil saya, just because he’s riding a motor bike...

So, stop judging people based on their look!!!
...sigh [lagi]


Akhirnya suatu hari...
Saya lagi nungguin rumah, waktu tiba-tiba ada ketok-ketok di pager,
“Misi Maas”
Ngintip dikit...
eits, ada bapak-bapak berdiri sambil megang kertas di depan pager... PASTI SIANG-SIANG GINI MAU MINTA SUMBANGAN!!!! Diemin aja aaah...


“Misi Maaas”
Ngintip lagi...
Eh, masih ada ya? Niat amat minta duitnya... Mungkin emang mesti diusir ya?

“Maaf Paaaaaak”
[diucapkan dari balik jendela, sambil ngeloyor pergi, berharap si bapak ngerti usiran secara halus...]

“Misi Maaaas”
[diucapkan dengan sedikit lebih panjang, dan intonasi naik 1 nada dari sebelumnya...]
BUSET! Ini orang ngeyel amat ya!? Apa tukang minta-minta jaman sekarang pantang pergi sebelum dapet duit ya? Masa diusir baik-baik nggak ngerti juga?!? Apa perlu manggil ketua RT?!?
“Maaf yaaaa Paaaaaaaaak”
[tetep diucapkan dari balik jendela, males buang-buang kalori buat nongolin kepala...]


Sedetik...dua detik, orangnya nggak pergi-pergi juga.
Ini orang ngerti bahasa Indonesia nggak sih?!? Diemin aja ah!!!





“Misi Maaaaaas, mau nyatet meteran listrik”


..gubrak

Christmas Is All Around - OST.Love Actually

YESSSS! This is the 25th of December, Christmas Is All Around!!!
Waktunya buat kumpul-kumpul lagi sama Menado-Menado itu, sekaligus ngasih liat hasil dari usaha ngurangin karbohidrat selama ini... [baca:How To Lose Some Fat In 10 Days]

5.30pm
It’s definitely time to dress up!!
Eventhough it will only be the same old person I met last Christmas, tapi rasanya tetep penting dong buat tampil maksimal... Makanya hari Rabu sebelumnya khusus bela-belain potong rambut di Ubud!! Baju jahitan juga udah diambil [baca juga:How To Lose Some Fat In 10 Days],

so now it’s the time to wrap it all up in one perfect package!!


...
pilih-pilih baju yang mana mau dipakai, tentu dengan mempertimbangkan bawahan dan tambahan-tambahan yang akan dipakai...
...
nggak boleh pakai ikat pinggang kanvas, mom said it would only make me look like a cowboy (..really??) Mau nyimpul dasi sebagai ganti ikat pinggang juga nggak di-approve, katanya mesti rapi dan manis depan oma-oma
...
pake wax doooong, kalo nggak buat apa potong di Ubud, gila!
...
berlebihan nggak kalo touch up pake bedak?
Masih untung saya nggak punya... hmm, how do you write it? conceiler? Yaaah pokoknya itu lah, yang bikin Joy di TV keliatan lebih mendingan daripada aslinya...
...
semprot wangi-wangi
...
kaos kaki, sepatu, SIAP! Berangkaaaaaaaaaaaattt!


7.30pm
Mestinya sih kebaktian udah mulai yaaa, but it seemed people were still coming.
Which came to my surprise, kok rame ya?!?
Banyak orang-orang yang saya kira nggak dateng ternyata muncul hari ini!!!
2 sepupu saya beserta suami-suaminya, sampai sepupu-sepupu yang nggak pernah kedengeran kabarnya selama setahun... In addition, I didn’t expect that the Sumitros would have come in a complete team!!! Hashim, Soedrajad, sampai Prabowo beserta istri dan anak-anaknya!! Woww, this is unusual...

Ada apakah gerangan? Apakah karena salah satu sesepuh diperkirakan nggak akan Natalan lagi tahun depan??
(langsung melirik oma-oma yang lagi sibuk ngerumpi di satu sudut; ada yang udah 91, 87, 84, dan 82... tentu topik rumpinya seputar orang-orang yang dateng;siapa yang mendadak jadi musuh negara, siapa yang kedapetan hamil duluan, siapa yang pacaran sesama sepupu, atau siapa lagi yang rebutan suami...Whatta family!!)

DAMN!
Tau gini kan saya dandannya lebih maksimal!!!
Ya sudahlah, setidaknya nggak keliatan seperti common people...


9.00pm
The service was wrapped.
Saatnya untuk mulai jual diri dengan basa-basi ke tetua-tetua, om-tante, plus sepupu-sepupu, mulai dari yang sangat dekat sampai yang bikin saya mikir, ‘masa sih kayak gini saudara?!?’

Sun pipi kiri, sun pipi kanan,
Up date nomer HP dari sepupu-sepupu deket, mengingat dalam setaun hampir semua nomernya ganti...



...dan saatnya makan!!!
I was curious to see what would be served on the table this time.
Ternyata masih seperti tahun-tahun sebelumnya; bistik-bistik yang enak banget baunya, udang windu segede-gede telapak tangan (boong deng, gak segede itu juga), makaroni, krim sup, sambel dabu-dabu, plus sepiring gede babi guling yang tentunya masih berwujud babi...

tenang, saya tetep pada komitmen awal : no carb, please...
Mmm...kalo nasinya di-skip, boleh kaaaaan diganti sama daging-dagingan yang lain??



11pm
Sedikit demi sedikit orang mulai pulang.
Yang tadinya duduk nyebar, tebar pesona satu sama lain, sekarang mulai bergerombol sesuai status dan umur; The Sumitros dengan konflik-konflik internalnya, oma-oma dengan kaca pembesarnya, tante-tante yang sibuk nyusun jadwal di Bali akhir tahun ini, om-om yang nyari-nyari kesempatan bisnis, dan anak-anak yang sibuk nanyain pacar baru masing-masing [sigh...]


Gawatnya,
kalo udah dirasa mulai nggak ada kerjaan, nggak tau kenapa ibu saya selalu inisiatif untuk main orgen, yang tentunya diikuti munculnya choir dadakan. Kalo udah gini, biasanya generasi mudanya pada kabur, mengingat oma-oma suka berkeliaran cari mangsa, minta diajakin dansa...
Unfortunately,
mau lari dan ngumpet di kamar mandi pun pasti bakal ditungguin... Akhirnya berkumandanglah lagu-lagu, mulai dari lagu daerah yang asalnya dari Sumatera, sampai Papua, plus lagu-lagu berbirama tak jelas yang teteup dipaksakan untuk didansakan...

...UNTUNG malem ini nggak ada Poco-Poco!!!


2am
Untungnya stamina dugem oma-oma itu nggak sespektakuler ABG-ABG sekarang, dan –alhamdulillah– akhirnya satu per satu mulai bertumbangan...


Akhirnya...




PULAAAAAAAANG!!!
...
(Astaga, jam segini sih tukang sayur udah mulai siap-siap buat jualan...dasar Menado-Menado gila...)

Pas pamitan, tentunya saya nggak luput dari komentar si om yang dulu bilang saya gembrot...
“Mana?!? Katanya mau kurusan tanggal 25? Kok masih gembrot?!?”
(teteup, nggak diganti dengan yang lebih halus...)

[ngeliat kondisi perut yang emang nggak menunjukkan perubahan berarti]
“Eiiits, tunggu tanggal 25 tahun depan yaaaaa!!!”



(Next Mission: How To Lose Some Fat In 1 Year)

Friday, December 24, 2004

Call Me Mellow [Tears For Fears]

WARNING :
This is a pointless article, just a confession of a mellow mind. It also has nothing to do with the latest single from Tears for Fears, it’s just because the title fits the whole thing...




2 days before Christmas, and it has been a very very busy week...
It started with plenty things to do, and will last more or less the same.
Exhausted, body and soul, I cannot even have the chance to get proper rest.
[......mmm nggak segitunya juga sih. Maklum, suka ngelebih-lebihin sesuatu biar keliatan fenomenal...]

Parahnya, kalo udah gini, sensitifnya keluar.
Oh-oh, this is NOT good...
di saat-saat seperti ini biasanya jadi gampang banget reminiscing ke hal-hal yang nggak penting, especially if it has something to do with the past.

Semuanya dimulai waktu salah satu stasiun anak muda Jakarta muter lagi lagu If You’re Not The One-nya Daniel Beddingfield [lame...sigh]. Harusnya sih nggak kenapa-napa yaaa, tapi dasar penyiarnya jago banget, sukses bikin orang yang denger [count me in] merhatiin ulang lirik per liriknya, which was damn good.
[...if I’m not made for you, then why does my heart tell me that I am – this is the best part, yang dulu sempet bikin saya menggaruk-garuk bumi dengan pertanyaan-pertanyaan ‘KENAPAAAA?’mmm... jangan divisualisasikan di kepala ya?]


Dunno why, tapi mungkin emang karena mood-nya lagi di bawah permukaan bumi... Biasanya kalo udah gini, isi Musicmatch Jukebox di komputer adalah lagu-lagu yang tentunya sukses bikin orang remuk redam-patah semangat-terus bunuh diri...

The playlist continued with...


If loving you with all my heart is a crime, then, I’m guilty
[ Blue ‘Guilty’ ]

Sinting, dulu lagu ini sempet jadi juara di tangga lagu di hati (najeeees bahasanya)... dulu lho, tapi emang lagi reminiscing kan?


...masihkah aku diinginkan, masihkah aku didambakan,
masih ada waktu untukmu, bersamamu akankah kujalani hidup

[ KD ‘Cobalah Untuk Setia... ]

Sumpah basi..., tapi gimana dong? Kronis sih...
And the journey continued...


Coz there is something in the way you look at me...
It’s as if my heart knows you’re the missing piece...
You made me believe that there’s nothing in this world I can’t be
I never know what you see, but there’s something in the way you look at me...

[ Christian Bautista ‘The Way You Look At Me’ ]
Sial, makhluk Filipina ini muncul dengan lagu yang terlalu menghujam ulu hati di saat yang salah... damn.
Lanjut? ...yuuk, mari.


Jangan katakan kini kau harus pergi
Jangan katakan kau takkan kembali
Tak mudah ‘tuk kujalani, hidupku ini
tanpa hadirmu disini...

[ Numata ‘Jangan Katakan’ ]

Tidaaaaaaaak! Intronya aja udah bikin hati teriris-iris tipis kayak dendeng...
Mhalaaaaa, I’m gonna kill you for this!!! This song is just too perfect!!!
Efeknya lumayan parah, suka membuat perasaan-perasaan minor lain – yang biasanya tidur – terbangun dan minta diperhatiin...


Mungkinkah kembali s’gala rasa yang tlah hilang
Walau hati kecilmu masih mencintaiku...
Tak ingin kubertahan, meski kadang mendendam,
Akankah kau bahagia, jika cinta tak ada untuk dirimu lagi
[ Marcell ‘Mendendam’ ]
Halaaaah... penting beneeerrr ya lagunya.
Some parts of the lyrics fit the whole situation, damn!
Silahkan lho, digaruk-garuk aspalnya kalo udah berasa perlu... while I finish this horrible playlist...


But I guess it’s safe to say, I’m officially missing you...
[ Tamia ‘Officially Missing You’ ]

...
Sial, it’s not easy to admit that you’re missing someone.
Apalagi kalo kita ada di posisi dimana orang itu mungkin sama sekali gak kangen sama kita... Suwé. Mengutip apa yang dibilang temen saya di blognya,
“Have u ever missed someone and felt terrible,because u think that they don't miss u?missing someone is terrible but at the same time, it's a sweet feeling…”
[thanks to O’o…kalo penasaran boleh kok klik link-nya di kolom kanan]

‘KENAPAAAA?’ (tuh kan, muncul lagi...)
Sudahlah, I’m burying myself with this sweet feeling.
Ulang lagi aaaah playlist-nya... (ambil posisi siap menggaruk bumi)


...
sigh

[Oh ya, sebelum timbul asumsi-asumsi menyakitkan dari tulisan ini, perlu diketahui bahwa tulisan ini dibuat tanpa bermaksud menyentil atau membuat Ge-eR siapapun... jadi kalo ada kesamaan dalam tema atau peristiwa, sumpah, itu adalah suatu kebetulan semata...mudah-mudahan]

Sunday, December 19, 2004

Maid In Manhattan

NOPE, I’m definitely not going to talk about the Jennifer Lopez, who starred as a maid in that ridiculous Cinderella story.
Saya justru mau sedikit membandingkan [mudah-mudahan beneran sedikit] dengan yang ada di Indonesia...’b-a-b-u’, kalo saya boleh ngomong sedikit kasar.


“Ada apa ya, sama pembantu Jakarta jaman sekarang?”
Hehe, kedengeran belagu ya pertanyaannya, tapi emang itu yang sering lewat di pikiran saya belakangan ini... Tentunya, setelah ngeliat apa yang terjadi sama mereka [pernyataan bodoh...ngamatin b-a-b-u, Co?!? ckckck...].

Kalo diliat sekilas, pembantu saya nggak beda sama yang lainnya. Sama-sama punya perserikatan dengan rekan sekerjanya di kompleks rumah, yang nggak tau gimana caranya, selalu up to date dengan rumah nomer berapa yang baru pindah, yang mau cerai, sampai yang sering berantem...

...
Itu kalo diliat sekilas...
Di luar itu, pembantu saya –sebut aja namanya Atun [mudah-mudahan bukan nama sebenernya] – dan temen-temennya, bisa dibilang ‘luar biasa’.

Selera musik, misalnya...
Pernah waktu kebetulan ganti channel TV ke acara dangdut, nggak disangka-sangka komentarnya “Ih, dangdut...”
[Hayaaaah, emangnya pembantu sekarang nggak suka dangdut lagi yaa? Emang sih, koleksi Siti Nurhaliza-nya paling lengkap sedunia... tapi kalo dia aja nggak doyan dangdut, terus siapa lagi dong yang suka?]

Trus di waktu berikutnya, ada satu iklan album baru di TV, yang kebetulan dia denger sambil lalu, berhubung lagi masak... Begitu iklannya selesai, tiba-tiba kedengeran suara dari dapur...
“oooh, Numata ya, ta’ kirain Sparx... abis suaranya mirip ya?”
[tang-ting-tung-ting-tang-ting-tung...
saya cuman bisa iya-iya aja...]



[eits...skill-nya belom selesai di situ...]
“Kalo si Pingkan sekarang bikin album solo ya? Udah ngelahirin belom sih dia?”
[haduuuuuuh!!!!]

Itu baru satu contoh dari selera musik.
Pernah suatu kali, tiba-tiba dia keluar dari kamarnya sambil bawa-bawa HP-nya [eittsss...yo’i, meskipun séken, dia punya HP... dan sebagai pemakai Mentari, dia selalu lebih dulu tau tentang info-info baru Mentari, dibanding saya...]

“Mas, kalo ngirim SMS ke luar negeri, mesti pake kode negara dulu ya?”
[eh astaga, situ punya sahabat pena di luar negeri??]

Beberapa minggu kemudian, pas dia mau mudik, pertanyaan saya terjawab,
“Mas, kalo ada surat dari Hongkong, titip simpenin dulu ya, soalnya ada duitnya 200 ribu”
[oooh...ternyata pen pal-nya TKW Hongkong toh...]



Kalo Hard Rock FM jadi kiblatnya Lifestyle & Entertainment, mungkin pembantu saya [dan teman-temannya tentunya!] juga jadi kiblat satu trend tersendiri di kompleks...
Saya juga taunya nggak sengaja, waktu suatu pagi ibu saya manggil,
“Co, kamu siang nggak kemana-mana kan? Soalnya si Atun mau ditraktir ulang taun sama temennya di Titoti...”


...diem, soalnya waktu saya kecil tempat itu lumayan happening.
“Titoti?”
“Iya...eh, jangan salah, dia potong rambut aja di Johnny Andrean di Kalibata Mall”


...melotot.
“oiya, trus besok malem dia katanya mau jenguk temennya yang sakit di Kemang”


...gubrak.


However,

keliatannya pembantu-pembantu kompleks saya [termasuk si Atun tentunya] belum se-spektakuler yang ada di kompleks sebelah. Temen saya yang tinggal di sana cerita soal kejadian waktu dia nyuruh pembantunya beli pempek di luar kompleks. 5-10 menit setelah pembantunya pergi, tiba-tiba telepon rumahnya bunyi...
“Mas, pempeknya gak ada nih, jadinya mau ganti apaan? Cepetan Mas, pulsa saya udah tinggal dikit soalnya!!”



Waw... Ade apeeee sama pembantu Jakarta jaman sekarang?!?

Saturday, December 18, 2004

How To Lose Some Fat In 10 Days

Marco di sekitar tanggal 25-an November
“Okeeee, satu bulan cukup lah yaaa... meski cuman beberapa kilo, pokoknya mesti turun beberapa kilo! Pokoknya, Natal di Permata Hijau nggak boleh keliatan chubby di depan orang-orang!!”

Marco di sekitar awal Desember
“...tanggal 25 masih lama kan?”



Dapet berita, tanggal 5 Desember ada kumpul makan siang di Permata Intan...
...sial, kenapa sih mesti kumpul-kumpul sebelum tanggal 25?!? Dasar Menado...

Marco di tanggal 5 Desember, di Permata Intan
“Co, lo sekarang gembrot amat ya?!?”
[anjrooooot...gembrot lho, nggak dikonotasikan lebih halus lagi!!! Tambah lagi ini keluar dari seorang Om, bukan dari sepupu yang masih bisa saya tampar kalo komentar kayak gini...]

...
“Eeeeh, bukan gembrot, tapi sehat. Tunggu yaa tanggal 25”
[okeeeeeey, this time it’s for real...!!!]



Daaan, sejak itu, saya mulai terinspirasi model-model sempurna di majalah Men’s Health yang dulu saya beli buat bahan siaran...
sebatas terinspirasi lho yaaa... usaha sih sebatas ngurangin karbohidrat...
tapi namanya juga manusia, kalo malem laper, boleh dooong nyemil Pringles?

Marco di tanggal 12 Desember, nemenin Bunda belanja di Superindo
“...enggg...Mam, mesti ya beli Beng-Beng satu kotak?”

Marco di tanggal 14 Desember, mau jahit baju buat tanggal 25
“Pak, saya mau modelnya kayak gini [nunjukin model kemeja yang biasa saya pake waktu masih di Bandung] ...tapi nggak tau deh ukurannya masih sama apa enggak”

Entah karena profesionalitas atau emang nggak percaya babi-babian ini masih muat pake kemeja itu, akhirnya dia berhasil nyuruh saya nyoba contoh kemeja yang saya bawa...

anjroooot, gak muat!?!
Muat sih, tapi agak sesek kalo dikancing... does it count?


“Ditambah 1,5 senti aja yaaa?”, si bapak ngomongnya ati-ati dan berusaha sehalus mungkin... saya cuman nunjukin muka kaget, pura-pura nggak percaya kalo saya ‘membesar’...



...sayangnya, keliatannya mimik yang saya tunjukin salah.
Soalnya, ada satu ibu yang kebetulan [sial, kenapa kebetulannya mesti pas saya lagi mau jahit baju?!?] lagi mau ngambil baju pesenannya.
Dan karena mimik itulah dia pun ngomong,
“Kalo kata temen saya, resepnya, sebelum makan malem banyak-banyak minum air putih, jadinya keburu kenyang dan nggak makan malem...”

...sampai dinasehatin lhooo sama ibu-ibu yang cuma
kebetulan ketemu di tukang jahit!! @#%@#*^$!



Pulang ke rumah, agak drop, motivasi pun membesar...
“Okeeeeeeee, 10 hari lagi nih yaa! Mesti bisa turun, meskipun sedikit!!!” [bertekad... sambil gigit Beng-Beng yang dibeli tanggal 12]


[to be continued, we’ll see what will happen on the 25th]

Catatan Beberes Kamar...

Thursday, December 16, 2004

Whatta day!
This was definitely an exhausting one... however, I still have the feeling to write.
Maybe because today was a blast.
The longing has come to an end, and hopefully it will start as a new beginning.

Let’s talk about that later.
By the end of this day, I finally manage to continue dustin’ my room.
Yaaah, nggak beberes-beberes amat sih, cuman nyusun kaset-kaset yang ada dalam satu rak di lemari. However, it was interesting to realize what had been my interest for all this time.

Awalnya saya agak bingung gimana cara nyusun begitu banyak kaset ke dalam satu rak... bisa sih disusun begitu aja, but naaaaaaah! I hafta do something different. Barangkali emang jiwa seninya lagi keluar, jadi saya mau semua diatur dalam ketinggian yang beda-beda...

So, I finally categorized all the albums: laki, pereu, barat, lokal, kompilasi... yaah kira-kira seperti itu lah... and now, let’s get started.



Ternyata saya termasuk yang sabar nunggu sampai album greatest hits dari seorang penyanyi keluar... U2, Phil Collins, George Michael, Whitney Houston, Lenny Kravitz, Madonna [hmm..], sampai Karya Apik Yovie Widianto [...sigh]. Lebih nguntungin kali ya, punya semua lagu yang saya suka dalam satu album greatest hits, daripada koleksi 3 atau 4 album dari penyanyi yang sama
* FYI, by the end of this year banyak artis yang ngeluarin album greatest hits, mulai dari Blue, Ronan [he has one already??], Seal, Shania Twain, Kylie, etc. Penting? Mayaaaan... :)
Nevertheless, tetep aja kadang suka laper mata...
Ada album Jessica Simpson yang saya beli cuman karena single ‘Irresistible’... Maybe she was irresistible, but for me now she is just the same old stupid blonde... Ada juga, yang saya sumputin di pojok kiri belakang rak, 3 album Westlife...yap, bukan 1, bukan 2, tapi 3!! Why...oh why...

Going to the male section, nuansanya adalah album-album yang lebih menciptakan suasana kontemplasi, bunuh diri atau sekedar garuk-garuk aspal... But I’m proud of this collection... Phil Perry, Michael Franks, 2 Kenny G Albums, Al Jarreau... kurang spekta gimana coba? In addition, saya juga punya kompilasi One Smooth Escape, Smooth Voices, dan Cinnabar Rhytm Plate... nice, huh? Itu buat Barat... buat laki Indonesia-nya? Surprise, surprise!!!
NONE!



,,,
Well... okay, ada satu .................. Delon [@#&$!*@#)%^$ what was I thinking?!?]

Eeiittts, tunggu dulu... eng ing eng!
Ternyata, saya juga punya album perdana KD, yang di covernya dia berbalutkan daun-daun kering, jamannya masih belum tanem silikon [ups...]. Beli apa dikasih orang ya? [denial...gak mau ngaku pernah beli] ...



[sigh...........stop humiliating yourself please...]
Let’s just say that... I have a various taste of music.

Tuesday, December 14, 2004

Jejak Langkah Yang Kau Tinggal [Tohpati feat.Glenn Fredly]

[Jejak langkah yang kau tinggal, mendewasakan hatiku
Jejak langkah yang kau tinggal, takkan pernah hilang selalu,
begitulah cintaku... –Tohpati feat. Glenn Fredly]


Wise man said, people come and go, but only few will leave footprints in your heart. How many footprints do you have in your heart? I have several, from those whom I called real friends.
The deeper the footprints is, the more you appreciate the guy.
The one you appreciate most will leave the best mark in your heart.

[Walau kau hanya singgah sekejap di cinta tulus ini
Tapi sangatlah berharga...jadi kenangan yang aku banggakan
Maka bagiku cinta adalah harta yang kusimpan... -Tohpati feat.Glenn Fredly]


It’s amazing to see what footprints can show us...


[intermezzo]
Sadly, for me it doesn’t happen the other way around.
I failed to give my best mark for those who leave footprints in my heart.

[memang aku tak selalu hadir dalam mimpi indahmu...
memang aku tlah berlalu... jadi kenangan yang tak kau banggakan... –Tohpati feat. Glenn Fredly]



Anyway, enough intermezzo. We’re talking about footprints, rite?
Saya jadi inget malam ekstradisi Penghuni Terakhir hari Minggu kemarin, dimana secara nggak disangka-sangka Yohan minta diklaim sebagai penjahat dengan mengeliminasi Indri.



But it didn’t impress me much.
Saya lebih tertarik dengan salah satu game malem itu, masih seputar footprints.
Saya baru tau [shame on you, Co], kalo Indonesia juga punya Walk Of Fame seperti di Hollywood. Bedanya, versi di Indonesia adalah punyanya presiden.
Jadi, sampai sejauh ini udah ada 5 jejak kaki yang ‘ditinggalkan’ mantan presiden [it seems that SBY hasn’t done it] di Walk Of Fame yang ada di Monas.

And, guess what!
It actually brings us a little ‘closer’ to our lovely Presidents...

Paling enggak sekarang saya tau kalo ukuran telapak kaki kiri dan kanan Megawati nggak sama... Saya juga jadi tau kalo ternyata, BJ Habibie yang intelek pun bukan olahragawan yang hebat, soalnya morfologi telapak kakinya seperti kaki bebek.
Nggak ada yang terlalu istimewa dari kaki Gus Dur, selain tumitnya yang ternyata sangat kokoh, mengingat air hujan sampai menggenang di daerah tumit yang tercetak lebih dalam daripada bagian kaki yang lain... Well, at least kekurangan di satu sisi cukup ‘tertutup’ dengan kelebihan di daerah lain kan?
What can I tell from Soeharto’s? Hmm... yang jelas, telapak kakinya besar... Sebesar kekayaannya mungkin? I wonder...


Cuma Soekarno yang pakai sepatu waktu mencetak jejak kakinya... hmm, mau menimbulkan kesan misterius, atau... nggak percaya diri?


See?
It IS amazing to see what footprints can show us...

30 Seconds To Fame

There is a new show on AXN, called ’30 seconds to fame’.
Yessss, another reality show, where the audiences must cast their vote for every performance. Each contestant has to perform 30 seconds stage-act, and it has to be damn good for the audience, or else, he or she will be eliminated.

Pretty fun. It’s like watching a circus.
In 15 minutes I was amused by ‘a rubber boy’; a man who’s trying soooo hard to be a human radio; a very very very ordinary martial art; interesting street percussion groups; a lady who’s dancing with flames; salsa dancers; a grandma who’s making a song by whistling several tubes, and so on... and so on. Awesome people.


However,
I think 30 seconds is way too short to become famous.
Let’s extend it to 30 minutes. Harusnya sih, banyak yang bisa dikerjain dalam waktu itu, lha wong untuk pipis aja kita cuman butuh waktu 5-7 menit...
Now, you tell me what you can do within that time.



I’ll tell you what I can do within 30 minutes.

Jumat sore kemarin, saya dateng ke rumah tante saya di bilangan Guntur. Daerah yang –menurut saya– seharusnya... menyenangkan. Masih Menteng gitu looooooh... Parkirnya cukup di luar rumah saja, karena saya pikir, it will only take 30 minutes.


...dan memang hanya 30 menit.
Tapi banyak yang dikerjain dalam 30 menit itu, though I spent most of it talking with my auntie.

Precious,
karena dalam 30 menit itu saya tau kalo ternyata tante saya adalah dosen yang galak. Saya juga tau kalo dia pernah rame-rame bolos ngajar untuk plesir ke Bandung. Saya juga tau kalo ternyata sepupu kecil saya masih bingung nentuin universitas mana yang mau dipilih. Saya juga bisa tau kalo ternyata sepupu besar saya rajin facial seminggu sekali. Dan, saya akhirnya bisa tau seperti apa muka buyut-buyut saya lewat album foto tua yang ada.
It is interesting to know what you can gain within 30 minutes...




Meanwhile,
di luar, mobil saya kehilangan dua kaca spion, dalam waktu yang sama.Hanya 30 menit.

Sunday, December 12, 2004

...allow me to introduce my mom, Ruth Fisher

Which TV character fits your mom? Yes, your mom, NOT you...
Pertanyaan ini pernah diangkat jadi topik di GMHR Bandung, menjelang hari Ibu kalo nggak salah. Many characters popped up, starting from the famous Marge Simpson, the eccentric Sharon Osbourne, and even the ideal Claire Huxtable [gosh, it’s like over 10 years ago!!]...

Well, Ruth Fisher –the one in Six Feet Under– fits my mom.
A widow, who somehow feels lonely, and tries to build intimacy with her sons. Konservatif [karena selalu berharap bisa makan malem bertiga dengan manis di meja makan], dan juga sangat peduli sama omongan orang.

It’s not bad, I know.
Masalahnya, ujung-ujungnya orang ngeliat kalo anak-anaknya tega ngebiarin ibunya kesepian. Padahal yang terjadi bukan seperti itu. It’s not that we don’t love her, it’s just that we have our own business’, and we’d like to do it ourselves and keep it as our own privacy. But she didn’t look it that way, and that’s why she puts lots of efforts to build the intimacy, just like what Ruth Fisher did.


Unfortunately, she had bad pick up lines... misalnya,

“Co, ini siapa? Rasanya Mama familiar sama mukanya...”
[yea rite...you’ve never seen Penghuni Terakhir before, and you think you know Tina Zakaria? Biasanya abis itu akan muncul pertanyaan-pertanyaan tambahan seperti : “Dia itu apa? Umurnya berapa? bla bla bla...” Like I said, she’s really tryin’ to build intimacy, just like Ruth Fisher asking Claire to watch movies together...
It might sound rude, but I hate to explain things from A to Z.
TAPI, kalo nggak dijawab, dia akan marah besar, merasa anaknya sok tau dan nggak mau berbagi ilmu sama orang lain... and it happened when I answered :

“Tina Zakaria... udah lah, Mama juga nggak tau...”
...so, there you go, she got angry.
Dan kalo udah marah, dia selalu kebawa-bawa ke kesalahan-kesalahan sebelumnya... Mungkin kalo nggak distop dia bisa nyalahin kenapa dulu Hawa sampai makan buah apel terlarang...]



Or,

“Co, pembantu Tante Corry yang namanya Mira ini mukanya manis lho,”
[HAH??? C’mon, are you tryin’ to matchmake me with a house-maid???]

So, I said nothing. Takut salah jawab.
“...tapi dia udah janda”
[NOW WHAT?!? Mom, I don’t even care if she’s still a virgin!!! Keliatannya nggak bereaksi pun salah juga...]



Or,

“Lagi dimana?”

[pertanyaan ini dateng via SMS waktu saya masih di Bandung. It WAS weekend...tapi waktu itu lagi ribet-ribetnya ngurus lagu buat playlist, dan bikin skrip untuk GMHR besok paginya. So, I decided to make it short. Lagian, saya emang nggak terbiasa untuk bales SMS panjang-panjang, males ngetiknya...]

"Kantor" --- SENT!
semenit...dua menit...SMS baru pun masuk. Mama.
"Kok jawabnya pendek banget?"
[Haduuuuuuuuuuh, it's happening again...she always sweat small stuffs; hal-hal kecil yang sebenernya nggak perlu digede-gedein. TAPI kalo nggak dibales, bisa jadi masalah besar, even greater than World War II. Jadilah saya mulai membalas dengan SMS-SMS yang relatif lebih panjang...]



Or,

"Sedang apa?"
[pertanyaan ini sering banget muncul via SMS selama saya masih di Bandung. Retorik, karena selalu muncul di jam-jam kerja... tapi tentunya harus dibales]

"Kantor, lagi banyak kerjaan" --- SENT!
...harapannya, mudah-mudahan bales-balesan SMS berakhir di situ. Ternyata... TULILULIT!
SMS baru masuk. Mama.
"Bos mama lagi keluar kota, jadi mama mau makan siang sama tante A, B, C"
[does this SMS need an answer?? I don't think so, mengingat nggak ada kata tanya di dalamnya... So, I better continue working]


...
WRONG!! SMS baru masuk lagi 5 menit kemudian. Mama.
"Kok SMS-nya tidak dibalas?"
[..AAAaAaaaRGGGH!!!!!]



Or,

Di suatu sore, habis kita beberes rumah, anak-anak kecil lagi berkeliaran di jalanan kompleks rumah, dijaga sama babysitter-nya... Dan ibu saya mulai mengomentari beberapa di antaranya.
Oh-oh, this is not good.

...and I was rite.
“Co, Mama pengen deh cepet punya cucu...”

[okeeeeey... just give me nine months, and by then, hopefully you’ll be a grandma................ ngggg...does it have to be legal?]


[dedicated to my lovely mom, to be continued]

Everybody has [an] ALIAS

Have you ever seen ALIAS?
Yup, it’s the one where Jennifer Garner has lots of ID. Da hell, for some people it’s only TV series, but for me somehow it kinda deals with reality. How come? Well, whether we realize it or not, we have our own alias.
It’s NOT a nickname...it's the name we usually use besides our real name. Why? Dunno, you tell me. I think my mom has one, and I believe she uses it for her email address. My friend makes his own new name, for his blog. I have one.

At least it's ok if you keep this ONLY for yourself.
And then, one day this thing happened.



Di suatu Sabtu sore nan ceria, saya dan seorang temen nyari satu warnet di bilangan Buncit. Karena namanya warnet, tentunya kita di-charge sesuai lamanya kita pakai [yes, Co, everybody knows that]... Dan berhubung ada banyak komputer yang bisa dipakai, kita mesti masukin dulu ID kita untuk memulai sistem billing-nya. So, I logged in with the one I used to use. Da hell, I used to use it, and nobody will give a damn about it.


...dan waktu pun berlalu.



[buka friendster....standar]

[cek email, which is dominated with mails from my mailing list]

[login ke YM, but it seemed everybody was enjoying weekend]

...
[buka blog, sedikit utak-atik template]





ding! Hampir 1 jam.
Tapi berhubung masih ada yang belum selesai dikerjain, PLUS temen masih belum selesai juga. So, I decided to extend the time, since it will only cost for several rupiahs. Apa masalahnya gitu loooooooooh... :)


Setelah urusan masing-masing selesai, saatnya buat bayar.
I believe we click the ‘finish’ button nearly at the same time.
Di meja pembayaran, keliatannya mas-masnya bingung, which bill goes to whom? Akhirnya...

“ABC?”
[Hah? Sori mas? Apaan? ...Sampai akhirnya temen saya senyum-senyum sambil ngambil bill yang ternyata kepunyaan seseorang dengan login ABC...shit, I don’t like this...]

“Mario?”
[Gong!!!! @#%%^#!@$%#! ...yea, rite... PERFECT!!!!!!!!!!!]

Di samping, temen saya cuman mesem-mesem, gantian nahan ketawa. Dan nggak tau kenapa, mas-mas itu juga senyum sumringah nggak jelas. Mungkin puas karena sukses tau siapa mesti bayar berapa..

[da hell!! Any problem with that name???]
...kepalang tanggung, I have to be the last one to laugh.




“Ya, saya? Kalo Mas siapa?”, sambil nyodorin tangan.